Femininitas dan Maskulinitas
Dalam diskusi kelompok beberapa hari kebelakang berkaitan dengan topic pemahaman perbedaan gender munculan bahasan bahwa Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Ini disebabkan yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminim dalam budaya lain
Gender bukanlah suatu istilah yang mengacu pada karakter biologis (seks) laki-laki dan perempuan secara fisik. Namun gender, menurut Mansoer Fakih, lebih merupakan ”sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.” Definisi ini menunjukkan bahwa gender adalah sifat atau karakter maskulin dan feminin dimana keduanya dapat muncul baik pada laki-laki maupun perempuan.
Maka pada hari kelima tantangan zona 7 ini saya sangat tertarik meresume berkaitan dengan bahasan Femininitas dan maskulinitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maskulin diartikan sebagai bersifat jantan atau jenis laki-laki sementara feminin diartikan sebagai bersifat kewanitaan, mengenair atau menyerupai wanita. (qbukatabu.org)
Lalu timbulah pertanyaan tentang teori femininitas dan maskulinitas yang dimana ternyata dalam setiap individu baik laki-laki ataupun perempuan bisa memiliki kedua karakter sekaligus baik feminim maupun maskulin, dan tentunya Allah menciptakan manusia terlahir dengan fitrah seksualitas masing masing lalu sejauh mana batas feminim dan maskulin yang mesti ada dalam diri tiap individu sehingga bisa dikatakan tidak menyalahi fitrahnya
Menurut pendapat yang pernah saya baca dalam buku berjudul Saatnya Ibu Menjadi Ibu yang ditulus oleh teh Febrianti Almeera yang bersumber dari teori Ustadz Harry santosa penulis buku Fitrah Base Education :
“anak laki-laki maupun anak perempuan keduanya sama-sama memerlukan suplai maskulinitas dan dan suplai femininitas.maskulinitas berkontribusi terhadap ketegasan dan kekokohan. Femininitas berkonstribusi terhadap kelembutan dan kepekaan.
Maka untuk anak laki-laki, dibutuhkan 75% maskulinitas dan 25% femininitas. Sedangkan untuk anak perempuan dibutuhkan 75% femininitas dan 25% maskulinitas.
Anak laki-laki tetap perlu suplai femininitas agar kelak menjadi pemimpin yang tegas tapi tetap punya sifat lembut dan peka. Dan anak perrempuan jelas membutuhkan suplai femininitas lebih banyak agar kelak bisa menjadi istri dan ibu yang nyala cintanya.
Sali Saputra – IP Bandung
Seorang istri yang sholehah, ibu dari 3 anak yang sabar (belajar sabar dari anak-anak dan suamiya). Paling sering mengucap astagfirullah… you know kenapa ya??!!