Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah ibu yang bekerja di rumah tangga. Benarkah definisi ini sudah tepat?
Jika iya, lalu berlakukah rumah kita sebagai tempat bekerja? Apakah terasa Hommy (nyaman) saat kita berada di rumah? Apakah kita sebagai ibu sudah bersikap professional di dalam rumah sebagaimana tuntutan itulah yang akan diminta pertama kali bila kita bekerja di luar?
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat hubungan motivasi dan bekerja dibawah ini
Ceklist salah satu motivasi sebagai seorang ibu:
- Jika profesi ibu dianggap sebagai ngasal kerja (dari pada nggak ngapa-ngapain), maka motivasinya hanya untuk memperoleh gaji (dari suami). Bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga harapan tidaka ada dan yang dicari adalah TGIF (Thanks God if Friday) senang jika hari sudah hari jumat. Saking tidak adanya harapan, selalu berharap libur bekerja. Apakah kita termasuk ibu yang senang jika tidak ada anak-anak dirumah?
- Jika profesi ibu dianggap sebagai karir, maka motivasinya adalah untuk memperoleh uang sehingga bekerja dilakukan untuk berkompetisi. Kecenderunganya menjadi tidak suka melihat orang sukses, tidak suka melihat ibu lainya sukses. Harapan yang biasanya muncul adalah timbul kebanggaan sehingga yang anda cari adalah promosi. Apakah kita termasuk ibu yang senang berkompetisi, tapi tidak senang melihhat ibu lainya sukses lebih dari kita?
- Jika profesi ibu adalah panggilan hati, maka ini yang terbaik. Panggilan hati maksudnya profesi ini menjadi pilihan prioritas untuk menjadi ibu bukan karena kepepet, terpaksa, dan lainya. Motivasinya adalah untuk mentaati perintah Allah (Amanah). Efeknya ibu bekerja sebgai khalifah (tidak akan pernah mengeluh).
Contoh kecil:
Ibu sudah memasak makan malam untuk suami dengan sempurna, tomat-tomat sudah dibuat menjadi bunga, wortel-wortel sudah dibuat menjadi hiasan indah. Saat suami pulang ia berkata, “Maaf ya, Bu tadi ada rapat, sudah makan malam.”
- Jika kita bergerak karena suami, tentu akan kecewa, sudah masak capel-capek tidak dimakan. Tetapi jika kita bergerak karena Allah, maka kita tidak akan marah, karena berarti rezeki makanan ini bukan untuk suami, berarti bisa untuk berbagi dengan orang lain. Harapan yang muncul adalah bisa bekontribusi memberikan manfaat pada orang sekitar. Karena itu ibu akan mencari lebih banyak tugas. tugas apalagi yang bisa kita selesaikan sebagai seorang ibu. Tak ada kata selesai untuk belajar. Apakah kita sudah termasuk seorang ibu yang punya manfaat dan kontribusi pada masyarakat sekitar? Senang melihat ibu-ibu lainya maju karena kontribusi kita didalamnya?? Jika iya maka profesi ibu rumah tangga benar-benar pilihan dari hati ibu.
Dengan demikian, pekerjaan ibu yang sesungguhnya adalah panggilan hati. Akan ada perasaan kita masih kurang puas untuk belajar karena ilmu yang didapat hari ini masih sedikit dan kita masih terus belajar dan belajar lagi. Karena keinginan terbesar kita dan kekhawatiran kita belum menjadi orang tua yang menjalankan peranya dengan baik. Jadi sebagai seorang istri sebaiknya melangkah dengan ilmu, dalam hal apapun, sehingga kita tidak menjadi seorang peragu.
Peran Ibu Dimata Anak
Seberapa bersungguh-sunguhnya kita menjalankan peran kita sebagai seorang ibu? Anak dan Suami kitalah yang melihat.
- Apakah kita benar-benar merencanakan kegiatan dirumah dengan sang at terencana dan dahsyat.
- Apakah kita benar-benar mengatur jadwal belajar dan mengasuh serta mendidik anak kita dengan sepenuh hati.
- Apakah kita benar-benar mengambil peran ibu dan istri (bagi suami) yang sesungguhnya didalam rumah.
Kunci dari menjalankan profesi ibu sebagai manager, mulailah dari kostum ibu: pakailah pakaian terbaik dirumah, ada jamnya ditentukan sendiri (tentukan sesuai jam perencanaan masing-masing). Bersihkan wangi-wangian yang tidak disukai suami, tidak memakai parfum bumbu masak dan hilangkan aroma yang tidak enak dicium. Hingga layak menjadi manager profesioanal bagi keluarga.
Jika masih suka memakai daster, maka pakailah daster terbaik, yang masih sang at baik kondisinya, harum dan tak terlupa memakai hijab yang masih sangat layak untuk dipakai diluar ruangan. Jangan berdaster ria terus menerus, jangan pakai yang bolong-bolong sobek dan penuh jahitan atau ada penitinya. Intinya tampilah cantik untuk pasangan dirumah dan untuk anak-anak tercinta.
Menangani kompleksitas Tantangan
Put First Thing First
Letakan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Caranya :Buatlah perencanaan apa yang ingin dilakukan hari ini dan besok
Aktikan fitur gadget.
One Bit At A time
Lakukan setahap demi setahap jangan borong kegiatan dalam satu waktu
Lakukan sekarang
Pantang menunda dan menumpuk-numpuk.
Delegating
Delegasikanlah yang bisa di delegasikan. Ingat tugas utama ibu (pendidik pertama anak) dan sebagai istri (bagi suami kita) yg tidak bisa didelegasikan maka tugas-tugas rumah tangga lainya bisa mulai didelegasikan bertahap.
Bagaimana cara mendelegasikan
- Latih
- Percayaan
- Kerjakan
- Tingkatkan
Terus diputar dari satu perkerjaan kepekerjaan lain jika telah selesai dan lulus di tahap tingkatkan.
Perkembangan Peran
- Dari sebatas kasir menjadi pengelola keuangan
- Dari hanya tukang masak menjadi perencana menu keluarga lakukan management menu untuk 10 hari
- Dari hanya pengantar sekolah anak menjadi Pendidik utama anak cari referensi mendidik anak sesuai tahapan 0-12 tahun sehingga bisa mencapai Aqil baligh di usia minimal 15 tahun.
Pergeseran mentalitas
Suami sebagai Leader keluarga, pemimpin keluarga yang menentukan Arah dan Tujuan keluarga. Istri sebagai manager keluarga yang menentukan cara keluarga untuk mencapai tujuan.
Jika
- Leader : Tidak jelas Arah dan Tujuan
- Manager : kesulitan menentukan cara sampai pada tujuan
- Hasil : Kesasar karena tidak tau benar tidaknya arah tujuan (kasus terburuk)
- Leader : Tidak tahu dan tidak jelas Arah dan Tujuan dalam berkeluarga
- Manager : Dapat menangkap maksudnya dan ia benar dalam menentukan cara mencapai tujuan keluarga
- Hasil : Kesasar tapi cepat tahu jalan sebenarnya.
- Leader : Benar dan jelas Arah dan Tujuan dalam berkeluarga.
- Manager : Salah dalam menentukan cara mencapai tujuan keluarga
- Hasil : Tetap Sampai ke Tujuan tapi Lambat.
- Leader : Benar dan jelas Arah dan Tujuan dalam berkeluarga.
- Manager : Benar menentukan cara mencapai tujuan keluarga.
- Hasil : Sampai Pada tujuan dengan cepat. (inilah yang terbaik)
Untuk itu buatlah tujuan dan arah SMART, yaitu:
S = Specifik (jelas)
M = Measurable (dapat terukur)
A = Archieable (bisa diraih)
R = Realistic
T = Timebone (ada batasannya)
Pesan ibu septi : “ ingat semuanya sangat sederhana diucapkan, tetapi sang at sukar untuk dijalankan. Perlu kekuatan dan kerjasama anatara leader dan manager. Jadilah berbeda dari ibu-ibu lainya, jadilah manager yang handal bagi keluarga”
Catatan sebuah resume webinar oleh Yeni Nurjannah Siti dalam buku Bunda Cekatan
Salam Hangat “Sali Saputra”
Seorang istri yang sholehah, ibu dari 3 anak yang sabar (belajar sabar dari anak-anak dan suamiya). Paling sering mengucap astagfirullah… you know kenapa ya??!!