Saat Pagi tadi saya menonton rekaman live dari ibu Septi Peni Wulandani dalam program Obrolan Dapur Ibu dan saya menemukan hal yang menarik tentang bahasan dari ibu septi yaitu “High Energy Ending”. Obrolan berdurasi kurang lebih 50 menit dibawakan ibu Septi bersama suami yaitu bapak Dodik Maryanto dibawakan santai serta komunikatif sebagian waktu pun dipakai untuk Tanya jawab bersama audience.
Ada ilmu yang bisa di petik dari kisah yang di ceritakan oleh pa dodik awal mula teori high energy ending ini di dapat saat beliau dan keluarga belajar berkuda untuk berlatih menunggang kuda pada moment itu pa Dodik menceritakan bahwa ibu septi sama sekali tidak mau menyentuh dan berkuda saat itu. Dan ketika anak pa dodik mencoba belajar berkuda ada moment dimana saat itu anak beliau terjatuh dari kudanya karena sedikit kesalahan kurang tepat menginsruksikan kudanya untuk jumping lantas pelatihnya tidak melihat cedera yg terlalu berat pada anaknya lalu memberikan instruksi untuk kembali naik menaiki kudanya berkeliling berkuda dengan lari santai sambil bertanya kamu oke? “Oke” jawab sang anak “berani kembali jumping”? dan jawabnya pun “berani”, ayo “jumping” segera anak pa dodik pun jumping dan kali ini berhasil jumping. Semua yang melihat bersorak bertepuk tangan kemudian langsung pelatihnya bilang “cukup” kudanya direlaksasi meskipun jam latihan belum selesai namun karena sudah selesai jumping dan berhasil maka sudah waktunya untuk stop terlebih dahulu dimana sebelumnya kondisi anaknya baru saja jatuh dan perlu sedikit dirawat dan di betulkan tubuhnya, kemudian kudapun di gandeng dengan kondisi santai tidak lagi dalam keadaan stech dituntun jalan pelan ke kandang sambil di tepuk-tepuk sesampainya di kandangpun kembali ditepuk-tepuk dan selesai. Setelah itu baju penunggang kuda dilepaskan lalu dilihat sebrapa parahnya cerdera dipastikan dalam keadaan baik-baik saja lalu sang anak mulai ditanya bagaimana perasaannya?
Dimoment ini ada sebuah makna mendalam sang pelatih berkuda, saat menyaksikan kejadian tersebut perasaan pa dodik layaknya orang tua pada umumnya awalnya tentu saja ada rasa kesal ko kurang ajar ya pelatihnya udah anakku jatuh malah disuruh naik lagi, tandasnya. Sang pelatih memberikan penjelasan “soalnya begini pa andai saja saya memberhentikan berkuda di saat anak bapak jatuh atau dalam keadaan gagal nantinya akan memberikan efek pada anak ia menjadi tidak senang dan tidak bahagia” ia merasa telah gagal dan tidak bisa berkuda dan saat nanti untuk latihan selajutnya akan ada perasaan yang ga enak, kudanya pun demikian jika diberhentikan dan masuk kedalam kandang dalam keadaan gagal maka ia akan turun level keahlianya.
Pelatihnya menginginkan moment yang di dapat oleh sang anak ialah mendapatkan perasaan yang senang, bahagia dan penuh keyakinan bahwa sebenarnya ia bisa namun caranya masih perlu dilatih lagi sehingga mmengalami jatuh dan gagal, dan ketika sudah dirasa didapat moment itu maka dikatakan sudah cukup dan boleh diakhiri inilah yang dinamakan “High Energi ending” jadi kegiatan tidak di akhiri dengan rasa kecewa namun rasa optimis dan energy bahagia yang positif. Dan ini akan sangat berdampak pada semangat berlatih berkuda selanjutnya mesti dijaga energy positifnya maka tidak boleh diakhiri dalam keadaan gagal harus diakhiri dalam keadaan berhasil walaupun belum sempurna.
Dari obrolan ibu septi dan pak dodik bisa disimpulkan bahwa hal tersebut pun bisa diterapkan di kegiatan apapun di keseharian kita salah satu contohnya ibu septi high energy endingnya yang saat ini sedang mencintai dan mengelola aktivitas di dapur ialah ketika dimana di dapati moment zink tempat cucian piring dapur beliau itu bersih dan rapih sudah tidak ada tumpukan piring kotor dan cucian yang lainya. Maka bu septi akan menjaga untuk tetap mengakhiri aktivitas di dapurnya untuk tetap di level “High Energi Ending” dalam setiap aktivitas sampai berprinsip tidak akan tidur kalau masih gagal bisa tidur kalau sudah berhasil, sehingga menghadirkan apresiasi dan energy bahagia yang positif untuk kembali memulai aktivitas yang sama di kesesokan harinya.
Dan pa dodik menambahkan dimana sebagai muslim kita senantiasa berharap dan berdoa agar bisa mengakhiri hidup dengan husnul khatimah maka “High Energi Ending” ini lah wujud aktivitas latihan keseharian supaya kita senantiasa menjaganya dan mengakhiri dalam keadaan akhir yang baik karena kita ga tau apakah hari esok masih bisa Allah berikan kesempatan kembali membuka mata atau tidak maka layaknya tiap hari kita mesti di akhiri dan di tutup dengan “High Energi Ending” apresiasi sekecil apapun pencapaian positif yang kita miliki maka jangan biarkan kita mengakhiri hari dengan kegagalan, perasaan kecewa dan energy negative lainya kita yang meski pegang kendali pilihlah keberhasilan mesti jauh dari kata sempurna walau tidak sempurna setidaknya kita mengakhiri hari senantiasa dengan perasaan yang bahagia.
Sekian sharing yang saya dapatkan dari pembelajaran menonton rekaman live yang tayang pada hari senin 11 mei 2020 bertepatan dengan 18 ramadhan 1441 H di program Obrolan Dapur Ibu Ngeteh Bareng Pa Dodik di FB grup khusus member ibu profesional
Semoga bisa bermanfaat
Salam Hangat
Sali Saputra
Seorang istri yang sholehah, ibu dari 3 anak yang sabar (belajar sabar dari anak-anak dan suamiya). Paling sering mengucap astagfirullah… you know kenapa ya??!!